“... Tak ada yang muluk dari obat flu dan air putih. Tapi kamu mempertanyakan seperti putri minta dibuatkan seribu candi dalam semalam.”
“... Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting. Ia sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang.”
#3 Selamat Ulang Tahun
“... Aku tidak tahu kemalangan jenis apa yang menimpa kamu, tapi aku ingin percaya ada insiden yang cukup dahsyat di dunia serba selular ini hingga kamu tdak bisa menghubungiku. Mungkinkah matahari lupa ingatan, lalu keasyikan terbenam atau terlambat terbit? Bahkan kiamat pun hanya berbicara soal arah yang terbalik, bukan soal perubahan jadwal.”
#4 Aku Ada
“... Dengarkah kamu? Aku ada. Aku masih ada. Aku selalu ada. Rasakan aku, sebut namaku seperti mantra yang meruncing menuju satu titik untuk kemudian melebur, meluber, dan melebar. Rasakan perasaanku yang bergerak bersama alam untuk menyapamu.”
#5 Hanya Isyarat
“... Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya dapat kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum angan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan.”
#6 Peluk
“... Rasaka semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau perih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya.”
#7 Grow a Day Older
“... When I was in complete surrender of who I am, the helpless idiot venturing her endless lessons of love and life. When I was thankful that he would grow a day older and see what a mess I could be. And I can feel I am arriving i that moment again, right now, as I am cuddled like his Teddy, and still not knowing what to do or what to decide.”
#8 Cicak di Dinding
“... Lelaki itu kemudian mulai melukis, sampai lewat tengah malam, hingga tertidur lelah di lantai studio. Namun ada kelegaa luar biasa yang takkan bisa dikatakannya, melampaui kemampuan rangkum nada atau kata, surat cinta, bahkan rencana sehidup semati. Dalam studio itu, akhirnya ia mengetahui apa yang ia inginkan. Bahagia dengan satu kejujuran. Kemudian berserah dalam ketidakberdayaan. Ia bahkan tidur sambil tersenyum.”
#9 Firasat
“... Aku teringat detik-detik yang kugenggam. Hangat senyumnya, napasnya, tubuhnya, dan hujan ini mengguyur semua hangat tu, menghanyutkannya bersama air sungai, bermuara entah kemana. Hujan mendobrak paksa genggamanku dan merampas milikku yang paling berharga. Hujan bahkan membasuh air mata yang belum ada. Membuatku seolah-olah menangis. Aku tidak ingin menangis. Aku hanya ingin ia pulang. Cepat pulang. Jangan prgi lagi.”
#10 Tidur
“... Terlalu lama kita hidup menjadi bayang-bayang satu sama lain. Biarkan aku mendekati kaian dengan perlahan, sampai pagi terbit bagi kita bersama. Tak ada lagi bayangan. Kita lebur dalam kenyataan.”
#11 Back to Heaven’s Light
“... If once we had decided to forget, then we alone can decide to remember. We all started the same journey. This had been an illusion a journey, for it didn’t have a start and didn’t have an end.”
Aku lebih suka cerpen yang “Peluk” dan “Firasat”. Kalau ditanya kenapa, mungkin karena pengalaman pribadi, hehehe :p lagian ceritanya itu lebih menghanyutkan dari cerpen-cerpen yang ada di Recto Verso menurutku. Kalau dari lagu, aku lebih suka lagu “Aku Ada”, Dewi Lestari nyanyi bareng adik kandungnya Arina (vokalis Mocca), dan lagu “Peluk”, Dewi Lestari nyanyi bareng Aqi (vokalis Alexa).
1 komentar:
curahan hatiku mungkin memberikan inpirasi buat anda
Posting Komentar